1. Ketua Forum Redam Korupsi (FORK) – Cabang Jakarta Timur.

2. Koordinator Konsultasi Hukum Bagi Rakyat Tertindas.

3. Ketua Monitoring Untuk Pemerintahan Bersih (MUPB)

Selasa, 03 September 2013

Penyebab Kasus-kasus Korupsi di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang cukup terkenal dengan budaya korupsi masyarakatnya. Sebagai anak negeri yang peduli dengan kondisi bangsa, fakta ini tentulah dirasakan sebagai hal menyedihkan yang dapat
mencoreng nama, harkat dan martabat Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia.
 
Korupsi di Indonesia
 
Negara besar dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sekaligus negara yang memiliki tingkat prestasi korupsi yang mencengangkan. Izzah atau harga diri Indonesia di mata dunia internasional, kerap direndahkan hanya karena budaya korupsi yang sudah cukup akut menjangkiti sistem birokrasi pemerintahan Indonesia.

Berbagai kasus-kasus korupsi setiap harinya muncul di layar kaca sebagai top news. Namun sayangnya, tak satu pun penyelesaian hukum yang diberikan pada koruptor-koruptor tersebut memberi keadilan bagi masyarakat.

Kebanyakan kasus-kasus korupsi di Indonesia terhenti di pembaringan rumah sakit, pengeluaran SP3 dan kalau pun dijatuhi hukuman, sangat tidak memberi keadilan terhadap masyarakat miskin. Selain sebagai penggadai harga diri bangsa, budaya korupsi yang sudah cukup mengakar di sistem birokrasi pemerintahan Indonesia juga menjadi biang kebobrokan ekonomi nasional.

Indonesia menjadi miskin bukan karena Indonesia tidak memiliki berbagai potensi sumber daya yang bisa dikelola, kemiskinan tersebut tak lain disebabkan kebiasaan para pengelola negeri ini mengambil uang yang bukan menjadi haknya. Korupsi merajalela dalam berbagai aspek dan dimensi kehidupan sosial. Yang menjadi korban tentu saja rakyat kecil yang harus hidup menderita.

Korupsi yang ada di Indonesia sudah menjadi sebuah hal yang seakan adalah hal yang sangat wajar untuk dilakukan dan terjadi. Korupsi sudah dilakukan dari segmen terkecil hingga segmen terbesar. Korupsi dilakukan dengan nilai yang sangat lecil sampai pada nilai yang begitu besar dan fantatis.

Inilah korupsi yang telah begitu mengakar dan sistemik yang telah terjadi di Indonesia. Telah banyak usaha yang dilakukan utuk memberantas korupsi. Seperti halnya mendirikan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi. Walaupun telah banyak prestasi yang ditorehkan oleh lembaga ini namun masih dianggap belum optimal. Karena memang kasus korupsi yang terjadi sangatlah banyak.

Kegiatan korupsi ini tentunya sangatlah merugikan banyak orang terutama rakyat. Uang yang seharusnya digunakan oleh para pemegang kekuasaan yang ada di negeri ini mereka gunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Bukan untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat.

Itulah yang membuat rakyat hari ni seakan sudah mati rasa dnegan para penguasa. Mereka sudah paham betul bahwa para pemegang kekuasaan akan banyak melakukan korupsi. Mereka sudah ak menjadikan kepentingan rakyat sebagai sebuah hal yang prioritas. Sehingga rakyat tak memiliki lagi kepedualian terhadap pemerintah.


 Penyebab Korupsi
Ada banyak hal yang menyebabkan kasus-kasus korupsi itu muncul di pikiran para pejabat sebuah negeri. Bukan hanya orang miskin yang mau melakukan korupsi, bahkan orang yang sudah kaya raya pun tetap gemar melakukan korupsi. Tentunya dengan jumlah dan porsi yang lebih besar dibandingkan orang miskin. Berikut ini hal-hal mendasar yang bisa memicu seseorang untuk melakukan kasus-kasus korupsi;

Persoalan mental. Ada orang yang sudah kaya raya, sudah memiliki kekayaan yang cukup untuk menghidupi keluarganya selama tujuh turunan, tapi ternyata orang tersebut ketahuan melakukan korupsi dengan jumlah ratusan juta hingga milyaran rupiah. Yang jelas menjadi persoalan di sini adalah mental. Mental orang tersebut bisa dikatakan sebagai mental koruptor.

Berbicara tentang mental tentu saja erat kaitannya dengan hal yang menyangkut keimanan dan kepercayaan seseorang terhadap agamanya. Bagi seorang muslim yang masih tetap melakukan kasus-kasus korupsi, bisa dipastikan bahwa ia miskin iman.

Keimanan itu hanya Allah dan orang yang bersangkutan yang mengetahuinya. Adapun sikap yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap sesama manusia, boleh jadi merupakan tipuan. Jadi tak perlu terkejut jika kita melihat sosok yang selama ini kita anggap sebagai seorang figur yang baik soal keimanannya, tiba-tiba melakukan korupsi. Sebab, manusia merupakan tempat salah dan lupa, bukan malaikat yang senantiasa sempurna.

Kurang kesejahteraan hidup. Seseorang miskin yang diangkat dan diberi jabatan, terlebih jika ia tidak memiliki mental keimanan yang baik, maka akan lebih memungkinkan ia melakukan kasus-kasus korupsi. Dorongan kebutuhan keluarga yang terus meningkat akan memicu para pejabat untuk mulai melirik uang-uang yang bukan menjadi haknya.

Terlebih, jika memang jabatan yang ia peroleh tersebut berasal dari kasus korupsi serupa. Ada orang yang akan masuk kerja rela dengan membayar dengan sejumlah uang ratusan juta rupiah. Secara logika, tentu saja ia akan berupaya untuk mengembalikan uang yang menjadi modal awal ia masuk. Dan pengembalian modal yang cepat tak lain melalui cara korupsi.

Namun sejatinya, jika dibandingkan dengan masyarakat awam, maka para penguasa atau pun pejabat ini dapat dikatakan lebih sejahtera dibandingkan dengan rakyat jelata.

Para pejabat telah mendapatkan gaji yang dapat dikatakan sangat lebih besar dibandingkan dengan rakyat. Banyak rakyat kita yang merasa sulit untuk mendapatkan sekedar uang dua puluh ribu rupiah setiap harinya. Namun pejabat ini sudah untuk memperoleh gaji puluhan juta dalam satu bulannya.

Jadi jika para koruptor bekedok pada penyebab kurangnya kesejahteraan hidup ini maka sejatinya mereka adalah orang yang sangat tidak bijak. Mereka sangat tidak dapat untuk mensyukuri apa yang telah diberikan sebagai nikmat mereka oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Kondisi lingkungan. Lingkungan yang sangat subur dengan budaya korupsi biasanya akan memancing orang yang masih ragu-ragu untuk melakukan korupsi. Banyak orang yang tadinya tak pandai dan tak mau melakukan korupsi, setelah berkenalan dan berada di lingkungan yang suka berkorupsi, ternyata akhirnya juga turut serta melakukan korupsi.

Kondisi lingkungan ini memang sangat memberikan pengaruh dalam tumbuh suburnya korupsi. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang penuh dengan korupsi maka ia pun secara tidak langsung akan dididik untuk menjadi pribadi yang suka dan senang dengan korupsi.


Kalaupun ia memilih untuk tidak melakukan korupsi maka ia akan menjadi sosok yang anek di tengah-tengah komunitasnya. Karena ia tak menjalankan apa yang sudah ada dan menjadi kebiasaan dalam suasana di mana ia hidup. Lambat laun, ia pun akan dicetak menjadi sosok yang mencintai korupsi mau atau tidak mau, sadar ataupun tidak. Dan hal seperti ini sangatlah mungkin untuk terjadi di Indonesia.

Kondisi Sistem. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Dimana dalam menjalankannya diperlukan cukup uang dan modal. Lihat saja dalam pelaksanaan pemilu dimana membutuhkan biaya yang sangat mahal.

Sebagai contoh jika ada seseorang yang mencalonkan sebagai seorang wali kota saja maka akan banyak uang yang harus ia keluarkan untuk biaya kampanye mempromosikan dirinya.

Sebut saja biaya melakukan kampanye masal, membangun panggung, mendatangkan artis sebagai pengiburnya serta biaya yang lainnya. Belum lagi selebaran, spanduk, ataupun kaos yang dicetak dengan gambar dirinya. Tentunya hal ini akan sangat membutuhkan biaya yang tak sedikti.

Oleh karena itu, setelah dirinya berhasil memegang kekuasaan maka yang dijadikan prioritas adalah mengembalikan semua modal yang telah ia jadikan sebagai biaya kampanye. Hal ini haruslah dengan cepat dan maksimal dilakukan mengingat masa jabatan yang pendek sehingga berarti tak selamanya ia akan dapat duduk di posisi ini.

Hal inilah yang secara nyata membuat sangat tumbuh suburnya kasus korupsi yang ada. Sudah ada sejak lini yang paling bawah. Karena memang kita sudah menerapkan sistem demokrasi dam pemilihan ini bahkan di lini yang paling dasar yaitu misalnya adalah pemilihan kepala desa ataupun lurah.

Dalam lini yang kecilpun sudah diberikan celah dan kesempatan untuk dapat melakukan upaya korupsi. Belum lagi ketika sudah mendapatkan posisi yang lebih besar. Sebut saja anggota Dewan Pewakilan Rakyat yang terhormat.

Sudah berapa banyak anggota DPR kita yang sudah terjerat kasus korupsi. Karena memang ada peluang disana dimana mereka adalah pembuat hukum dan Undang-Undang yang berlaku. Sehingga memang akan mudah bagi mereka untuk mencari celah keuntungan dengan melakukan jual beli kepentingan dalam mencetuskan sebuah hukum dan undang-undang.

Kasus-kasus korupsi yang dilakukan di Indonesia memang sudah dapat dikategorikan sebagai sebuah hal yang sangat parah. Sudah terjadi di setiap lini kehidupan dan menjadi sebuah hal yang sistemik. Harus ada sebuah pencerahan untuk dapat menghapus hal ini.